MODUL 1: MENGENALI DAN MEMAHAMI DIRI SEBAGAI PENDIDIK

 

Ditranskrip oleh Gunawan, S.Pd.,M.Pd. dari modul 1 Materi Pelatihan Mandiri pada Topik Merdeka Belajar Pada Platform Merdeka Mengajar


A.           Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik

         Mengawali perjalanan kita di modul merdeka belajar ini. Mari bersama-sama melakukan refleksi mengenali diri untuk lebih memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Mari Kembali ke awal perjalanan kita sebagai pendidik. Dahulu saat memutuskan menjadi guru yang ada dalam pikiran ibu dan bapak guru? Mengapa memutuskan ingin menjadi pendidik? Bagaimana perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai diprofesi hebat ini?

Dengan  menjadi guru, hadir setiap hari untuk murid-murid, hadir untuk terus menambah kapasitas diri misalnya melalui media micro learning ini. Kita telah menyadari kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri, apapun profesi yang dijalani kita memang perlu terus belajar. Demikian juga dengan peran kita sebagai pendidik atau guru, kita perlu terus belajar agar bisa mengantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia Merdeka.  

Dengan kesadaran untuk terus belajar secara mandiri kita telah mengatur diri sendiri dan ini adalah bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan diri sendiri baik lahir maupun batin tidak bergantung pada orang lain. Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka, tentunya penting untuk mereka mengenali diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontektual terhadap diri dan lingkungannya.

Sebagaimana disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dalam dasar-dasar pendidikan. Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu langkah awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar.

Murid-murid kita kini memiliki cara belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat fasih dengan teknologi, menjadikannya internet sebagai salah satu sumber belajar utama.  Mereka bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi dalam genggaman. Mereka bisa menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita berikan. Lantas ibu dan bapak guru, apa yang perlu kita selaraskan agar bisa menjadi pendidik yang relevan dengan konteks zaman? Murid-murid kita memang sudah jauh berbeda dengan kita. Namun mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik.  Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan, mendidik itu menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya. Hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, bukan dasarnya.

Mari kita refleksikan bersama Apa peran kita sebagai pendidik untuk dapat menuntun kekuatan kodrat dari murid-murid kita? bagaimana kita bisa menjaga hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat murid-murid kita? ibu dan bapak guru, terima kasih sudah memilih untuk hadir di sini. Terima kasih sudah memilih untuk meningkatkan kapasitas diri.  Mari kita bersama terus belajar demi meraih tujuan pendidikan menjadi manusia merdeka, yang kelak akan menuntun murid-murid kita menjadi manusia Merdeka pula.

 

B.           Apa Peran Saya Sebagai Guru

         Pada materi kali ini kita akan melakukan refleksi peran kita sebagai guru, baik untuk murid-murid kita di sekolah, maupun untuk masa depan bangsa, agar kita mampu melakukan refleksi mengenali diri, dan memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.  

Ibu dan bapak guru. Hal apa yang membuat ibu dan bapak guru merasa sangat bersemangat pergi ke sekolah? Apakah karena wajah-wajah murid yang menengadah memandang ke arah kita saat kita menerangkan di depan kelas?  Apakah kemajuan belajar salah satu murid yang kemarin baru saja kita terangkan sampai berulang kali? Atau sangat ingin menunjukkan bahan ajar yang seru, yang sudah kita siapkan pada murid-murid? Semangat ibu dan bapak guru dalam memulai hari, tentu akan merambat pada energi belajar anak-anak, mungkin bukan hanya hari itu saja, tapi juga seterusnya.  Ketika kelak mereka dewasa mungkin menjadi pemimpin masyarakat, mereka akan membawa semangat itu.

Dengan murid-murid kita yang sekarang adalah generasi digital native sangat fasih berselancar di internet, bisa mendapatkan pengetahuan bahkan mempelajari keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka. Bagaimana ibu dan bapak guru perlu menyelaraskan peran sebagai pendidik yang relevan dengan konteks murid dan zaman? Sebagai guru kita pasti ingin membekali murid-murid dengan pengetahuan keterampilan dan sikap untuk terus belajar mendampingi mereka memahami dan mencapai tujuan belajar.

Mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.  Apa harapan ibu dan bapak guru untuk murid-murid yang kini tengah diampu?  Harapan tentu boleh setinggi langit karena murid-murid ini kelak akan menjadi dewasa, menjadi bagian atau bahkan memimpin masyarakat, dan pada akhirnya akan membentuk kebudayaan kita di masa depan. Bisa jadi saat ini ibu dan bapak guru memberi kesempatan murid-murid menyiapkan presentasi untuk dibawakan di depan kelas. Murid-murid dituntun untuk menulis konsep menyusun kata-kata dan menyampaikan ide nya di depan teman-teman sekelasnya. Beberapa tahun kedepan bisa jadi ada murid ibu dan bapak guru yang berbicara di depan rekan sekantornya saat rapat, berbicara di depan warga memberi penyuluhan, atau bahkan berbicara Konferensi tingkat internasional mewakili negara ini.

Ki Hajar Dewantara menyamakan mendidik anak dengan mendidik rakyat.  Menurut Ki Hajar Dewantara kehidupan kita saat ini adalah buah dari pendidikan yang kita terima saat kita masih anak-anak. Begitu pula dengan anak-anak yang saat ini belajar bersama kita kelak akan menjadi bagian dari masyarakat di masa depan, mengingat bahwa murid-murid kita akan menjadi masyarakat masa depan. Sebagai guru apa yang bisa kita lakukan untuk mengantarkan mereka menuju mimpi dan cita-cita mereka? Ketika kita menyadari banyak murid-murid dengan beragam impian potensi dan kebutuhan di kelas bagaimana kita menyesuaikan peran kita untuk menuntun perjalanan belajar mereka? untuk pada akhirnya menemukan siapa jati diri mereka, dan mengantarkan mereka menuju cita-citanya.

Ibu dan bapak guru, hari ini kita belajar bahwa ternyata peranan seorang pendidik sangat besar.  Hal apapun yang kita lakukan di kelas dari segi memfasilitasi proses belajar, metode kerja kelompok, atau hal sekecil ucapan pujian maupun cemoohan yang tidak sengaja terucap, akan meninggalkan makna bagi murid-murid yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat.

Saat sedang merancang,  memfasilitasi, hingga menilai proses pembelajaran, kita sebagai guru mesti hadir secara utuh. Setiap hal-hal kecil yang kita sampaikan di kelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak saat dewasa. Semua yang kita rancang untuk disimak murid-murid masti bertujuan. Sebab saat mengajar di dalam kelas, ibu dan bapak guru sebenarnya sedang membentuk masyarakat, membentuk budaya masa depan lewat murid-murid kita. Semangatlah untuk terus belajar ibu dan bapak guru wahai para pembentuk kebudayaan masa depan. Mari kita bersama terus belajar meraih demi tujuan pendidikan menjadi manusia merdeka, yang kelak akan menuntun murid-murid menjadi manusia merdeka pula.


 

C.           Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya

Sebelum kita melanjutkan pembelajaran, memahami lebih lanjut soal merdeka belajar sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, kali ini kita akan mengenang kembali pengalaman kita di masa sekolah, untuk bersama-sama merefleksikan sosok guru yang kita cita-citakan.  

Ibu dan bapak guru, mari memutar ingatan kita kembali ke masa lalu. Pengalaman menyenangkan apa yang ibu dan bapak guru miliki terkait sosok guru saat kita sekolah dulu? Mari kita mengingat siapa-siapa saja guru yang kita senangi dahulu dan kenapa? Apakah ada sosok guru sekolah yang pernah memberi nasehat yang hingga saat ini ibu dan bapak guru ingat? Misalnya sosok guru yang dikagumi selalu bertutur kata lembut? guru yang selalu menyimak pendapat kita? atau guru yang selalu menyemangati kita? Apakah ada momen yang menjadi titik balik? misalnya ada guru yang memberi tugas lalu membuat ibu dan bapak guru menemukan kemampuan tersembunyi dalam diri? Apakah ada sosok guru yang memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan membuat ibu bapak ingat hingga saat ini?

Beriringan dengan mengingat pengalaman menyenangkan, sekarang mari kita ingat juga pengalaman tidak menyenangkan dengan sosok guru saat kita sekolah dulu. Apakah ibu dan bapak guru memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan sosok guru? Apa pengalaman yang kurang menyenangkan yang ibu dan bapak guru alami? Apakah ibu dan bapak pernah merasa takut atau terintimidasi dengan sosok guru yang galak? Apakah ibu dan bapak pernah merasa dipermalukan oleh seorang guru?

Ibu dan bapak guru setelah mengingat-ingat kenangan masa sekolah, mari kita mengenang pula awal mula memilih profesi mulia ini, ketika memutuskan bekerja sebagai guru. Sebenarnya kita ingin menjadi sosok guru seperti apa? Apakah ingin menjadi guru yang bisa menularkan energi positif pada murid-murid? Apakah ingin menjadi guru yang membuat murid terus tertarik untuk belajar dan membekalinya dengan kemampuan untuk terus belajar hingga akhir hayat? selamat dan bahagia serta siap hidup dan mengisi zamannya?

Ibu dan bapak guru; ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang berkolaborasi misalnya, apakah bentuk pembelajaran di kelas sudah membantu belajar untuk saling berkolaborasi? Atau malah cenderung berkompetisi? Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang bisa belajar secara mandiri misalnya, sudahkah membekali mereka dengan kemampuan mencari sumber belajar yang kredibel? Atau malah hanya menyuapi mereka dengan materi yang sudah tersedia di buku? Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang memiliki empati misalnya, sudahkah kita berempati dengan murid-murid kita? Ketika kita ingin murid selamat dan bahagia, sudahkah kita menciptakan suasana belajar yang selamat dan bahagia?

Ibu dan bapak guru; mari kita mengingat-ingat keseharian kita mengajar di kelas. Sudahkah kita menjadi seperti sosok guru yang kita kagumi? Apakah kita sudah berupaya menjadi guru seperti guru-guru yang pernah kita idolakan? Apakah kita sudah menjadi sosok guru yang menyenangkan untuk murid-murid kita? Sudahkah kita berusaha terus beradaptasi dengan perubahan yang ada misalnya di masa pandemi ini? Apakah kita sudah menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid? Apakah ikhtiar yang kita lakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan pendidikan?

Ibu dan bapak guru, menjadi guru atau pendidik itu sangat menantang apalagi dengan perubahan zaman yang dinamis seperti yang kita alami saat ini. Guru perlu adaptif terhadap perubahan. Seperti disampaikan Ki Hajar Dewantara pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti yaitu kekuatan batin dan karakter pikiran atau intelek dan tubuh anak. Tidak hanya materi yang kita ajak, tapi juga semua tingkah laku, tutur kata,  dan cara kita mengajar akan membekas dan membentuk murid-murid sebagaimana kita dibentuk oleh guru-guru kita dahulu. Memang tidak mudah, namun layak diperjuangkan. Ibu dan bapak guru ciptakan rasa takjub dan Kasmaran belajar pada diri murid-murid.

Komentar