Tulisan ini merupakan transkrip dari video materi pelatihan mandiri pada topik kurikulum merdeka pada Platform Merdeka Mengajar. Transkrip ini ditulis oleh Gunawan, S.Pd., M.Pd. Kepala SMP Negeri 2 Tulakan sebagai sarana untuk sosialisasi pemahaman kepada segenap pendidik dan teman sajawat kepala sekolah tentang kurikulum, perlunya perubahan kurikulum, dan perlunya kurikulum adaptasi. Versi booklet PDF klik di sini dan file presentasi PDF klik di sini
Tulisan ini merupakan transkrip dari video materi pelatihan mandiri pada topik kurikulum merdeka pada Platform Merdeka Mengajar. Transkrip ini ditulis oleh Gunawan, S.Pd., M.Pd. Kepala SMP Negeri 2 Tulakan sebagai sarana untuk sosialisasi pemahaman kepada segenap pendidik dan teman sajawat kepala sekolah tentang kurikulum, perlunya perubahan kurikulum, dan perlunya kurikulum adaptasi. Versi booklet PDF klik di sini dan file presentasi PDF klik di sini
Apa Itu Kurikulum
Salam dan bahagia ibu dan bapak guru. Kali ini kita akan mempelajari apa itu kurikulum dan bagaimana kaitannya dengan pembelajaran. ini penting agar kita dapat lebih memahami peran dan fungsi kurikulum dalam pembelajaran.
Ibu dan bapak guru terkadang kita abai terhadap perubahan keadaan. kita menganggap pengalaman bertahun-tahun kita sebagai guru selalu mampu mengantarkan keberhasilan murid kita. Padahal hidup pada zaman dan keadaan yang sudah berbeda. Cara berkomunikasi, cara belajar, dan cara memandang diri dan lingkungannya berbeda, dengan keadaan yang kita alami pada zaman kita.
Nah sekarang keterampilan dan kompetensi apa yang dibutuhkan murid-murid kita untuk berkontribusi dalam lingkup lokal nasional dan global? Bagaimana cara mereka belajar? Kurikulum seperti apa yang semestinya kita gunakan.
Yuk ibu dan bapak, kita segarkan ingatan kita kembali apasih sejatinya kurikulum itu? Sebenarnya sampai hari ini belum ada pengertian kurikulum yang mengikat secara universal. Meskipun kurikulum sering dimaknai sebagai keseluruhan pengalaman belajar murid, nyatanya lebih dari sekedar itu. Kurikulum itu kompleks dan multi dimensi. Kurikulum dapat dimaknai sebagai titik awal sampai titik akhir pengalaman belajar murid. Kurikulum juga diibaratkan jantungnya pendidikan. Jika jantungnya lemah maka proses penyaluran darah tidak lancar dan bisa berakibat fatal. Ralph W. Tyler dalam bukunya the basic principles of curriculum and instruction mengungkapkan setidaknya ada 4 komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, konten, metode atau cara, dan evaluasi. Umumnya beberapa negara mengklasifikasikan komponen kurikulum menjadi tiga bagian: tujuan pembelajaran atau konten, panduan pedagogi, dan panduan asesmen. Komponen itu dapat kita gunakan dalam mendesain kurikulum dan pembelajaran berdasarkan kebutuhan murid, mulai dari kompetensi apa yang akan dimiliki murid sampai proyeksi masa depan dan bagaimana cara mewujudkan atau mencapai kompetensi tersebut. Dengan begitu sangat jelas bahwa murid menjadi acuan atau core dari kurikulum itu sendiri. Maka kemerdekaan murid dalam belajarlah jantung dari pengembangan kurikulum.
Lalu apasih peran dan fungsi kurikulum? Kurikulum adalah salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan nasional. Kurikulum berperan sebagai pedoman dan acuan kita dalam pembelajaran. Maka fungsi kurikulum bagi guru adalah untuk memandu dalam proses belajar mengajar. Peran dan fungsi kurikulum dapat kita optimalisasi dalam kerangka: yang pertama mewariskankan nilai dan budaya masyarakat yang relevan dengan masa kini; kedua mengembangkan sesuatu yang dibutuhkan saat ini dan masa depan; dan yang ketiga menilai dan memilih sesuatu yang relevan atau kontekstual sebagai kontrol sosial. Murid-murid kita yang beragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama harus menjadi pijakan awal dalam pengembangan kurikulum. Sehingga kurikulum dapat digunakan sesuai dengan konteks di mana satuan pendidikan itu berada.
Ibu dan bapak guru, sesuai peran kita sebagai ujung tombak implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran, kita harus tahu bahwa kurikulum nasional itu perlu disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan. Oleh sebab itu pengembangan kurikulum diperlukan di setiap satuan pendidikan. Di sinilah Peran kita sebagai pemilik dan pengembang kurikulum di satuan pendidikan. kita harus melakukan adaptasi sesuai dengan konteks dan karakteristik murid. Begitupun dengan pembelajarannya. Kitalah yang lebih mengetahui kebutuhan murid-murid kita. Kompetensi apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara mewujudkannya.
Proyeksi pendidikan 2030 yang dilakukan oleh OECD mengarahkan bahwa kompetensi tidak hanya fokus pada kognitif, sikap, psychomotorik tetapi juga ada value atau nilai yang melengkapi kompetensi murid. Saat ini kualitas literasi dan numerasi kesehatan mental dan sosial emosional murid merupakan fondasi atau prasarat yang diperlukan murid. Ini untuk membangun kompetensi transformatif dengan siklus belajar antisipasi, aksi, refleksi, menuju pembelajar sepanjang hayat.
Transformasi pembelajaran dengan paradigma baru menekankan pada penguatan kompetensi dan materi esensial atau bermakna. Bukan banyaknya materi atau konten yang didapatkan murid, melainkan konten materi yang esensial dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara mendalam. Proses pembelajaran tersebut salah satunya dapat menggunakan siklus pembelajaran inkuiri yang menekankan pada rasa ingin tahu sebagai dorongan belajar yang kuat pada murid. Pentingnya rasa ingin tahu murid perlu kita munculkan, kemudian digabungkan dengan obrolan atau percakapan yang menjadi bagian dari pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti Mengapa? apa? dan bagaimana? merupakan cara guru untuk menstimulasi cara belajar murid, mengeksplorasi apa yang telah mereka ketahui sehingga menghasilkan dampak yang bermakna dalam penyelidikan penyelidikan yang mereka lakukan.
Lalu seperti apa siklus pembelajaran inkuiri itu? Yang pertama menyalakan rasa ingin tahu murid perlu dilakukan, agar membuat imajinasi mereka berjalan dan bekerja dalam pikirannya. Yang kedua mencari tahu mengumpulkan data, fakta, dan bukti dari eksplorasi apa yang murid telah ketahui serta menemukan informasi baru dengan beragam keterampilan yang mereka miliki. Yang ketiga memilah, organisasi,menganalisa, menerjemahkan, dan mengomunikasikan apa yang murid pelajari dengan berfokus pada peningkatan keterampilan berfikirnya. Keempat membuat koneksi, mencoba menghubungkan dengan topik lain yang terkait dengan konteks diri murid dan lingkungannya. Yang kelima menyelami, mendalami, mendorong murid mengambil makna atau esensi dari kegiatan belajarnya melalui penyelidikan, juga murid mendalami atau mengalami rasa ingin tahu lebih jauh dari pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dalam diri mereka. Yang keenem aksi atau tindakan merefleksikan apa yang telah murid pelajari dan membuat aksi nyata dari pembelajaran bermakna dari yang didapatkannya. Aksi ini muncul karena inovasi internal dari dalam diri mereka, dan yang juga tidak kalah penting transformasi pembelajaran murid berfokus pada pengembangan karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis proyek. Dengan demikian diharapkan murid dapat memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya kelak.
Ibu dan bapak guru setelah memahami peran dan fungsi kurikulum apa yang selanjutnya dapat kita lakukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid? Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat, salam dan bahagia
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah
Pada materi di atas kita telah mempelajari bahwa kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada materi ini kita akan melanjutkan pembahasan pentingnya perubahan kurikulum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan murid dan perkembangan zaman.
Saat ini berbagai isu baru menuntut satuan pendidikan menyiapkan kurikulum yang membantu murid untuk menghadapi dunianya yang penuh dengan tantangan. Dari materi sebelumnya kita mempelajari bahwa kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan zamannya. Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks dan karakteristik murid demi membangun kompetensi sesuai kebutuhan mereka kini dan masa depan.
Ibu dan bapak guru dan bapak guru mari kita ingat masa-masa sekolah kita pada waktu itu. Apakah ibu dan bapak guru menyukai saat-saat mengerjakan tugas sambil mencari mencari referensi buku di perpustakaan? Atau ibu dan bapak guru adakah yang dulu menggunakan disket untuk mengumpulkan tugas? Wah ternyata sudah lama ya masa-masa kita menjadi murid-murid. Kini murid kita tidak hanya memiliki buku-buku perpustakaan sebagai bahan referensi, berbagai materi bacaan dapat mereka jangkau melalui internet termasuk referensi dari perpustakaan-perpustakaan terbaik di dunia. Betapa zaman sungguh berubah ya? ibu dan bapak guru.
Ketika kita menjadi murid mungkin cita-cita kita hanya menjadi dokter, polisi, tentara atau tentu saja menjadi guru. Kini cita-cita pilihan murid kita lebih beragam dan mungkin sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mereka kini ingin menjadi illustrator, animasi karakter kartun, menemukan software computer, pengembang aplikasi game, atau bahkan gamer atau youtuber. Perubahan-perubahan tersebut hanyalah sebagian contoh yang tentu membuat kita sadar dunia ini ternyata memang terus berubah.
Jika mengingat kata-kata Ki Hajar Dewantara pada modul Merdeka belajar, maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Maka demi menuntun kodrat murid-murid kita, pembelajaran termasuk kurikulum yang kita selenggarakan juga harus terus menyesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sebagai guru kita harus belajar terus untuk mengikuti dan memahami trand kehidupan murid kita yang tergolong generasi z dan Alpha. Berbagai penelitian menyampaikan bahwa mereka sulit dipisahkan dari media sosial. keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk tujuan pembelajaran misalnya dengan meminta murid membuat dan mengumpulkan tugas melalui aplikasi digital.
Ibu dan bapak guru ada pepatah yang mengatakan it takes a whole village to raise a child butuh seluruh desa untuk membesarkan seorang anak. Bagaimana ibu dan bapak guru memaknai pepatah tersebut? Pepatah ini menyiratkan perlunya peran orang tua, masyarakat, dan sekolah dalam mewujudkan kurikulum yang berpihak pada murid. Merekalah yang disebut sebagai tiga pilar pendidikan. Oleh sebab itu ketika kita merancang kurikulum, kita harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman, hasil belajar, serta kepentingan murid sebagai rujukan utama. Sejatinya kurikulum dirancang untuk murid agar dapat mewujudkan seluruh kompetensi yang diharapkan dari kurikulum. Semua pihak harus berkolaborasi maksimal. Misalnya guru terus belajar memfasilitasi pembelajaran yang sesuai, orang tua terus memahami perkembangan dan kebutuhan murid, demikian juga dengan pemerintah daerah dan pusat, serta semua yang bergerak dibidang pendidikan juga harus mengikuti perkembangan kebutuhannya.
Menurut ibu dan bapak guru bagaimana perubahan kurikulum membantu kita mencapai tujuan pendidikan? Bagaimana cara kita sebagai pendidik terus berkembang bersama-sama murid kita dengan menggunakan kurikulum sebagai pusat dari pengembangan pembelajaran? Mari kita tetap bersemangat menghadapi dan menjadi bagian dari perubahan kearah yang selalu lebih baik!
Mengapa Kurikulum Perlu Adaptasi
Pada materi di atas kita telah mengetahui penyebab dibalik perubahan kurikulum. Lantas Bagaimana kurikulum ini bisa terhubung dengan pembelajaran di kelas. Konteks satuan pendidikan yang beragam membuat banyak hal tidak mudah diimplementasikan di kelas. Itulah sebabnya kurikulum yang ditetapkan secara nasional perlu diadaptasi ditingkat satuan pendidikan. Kali ini kita akan belajar bersama tentang mengapa kita perlu melakukan adaptasi terhadap kurikulum.
Ibu dan bapak guru Yuk kita lihat lingkungan di sekitar sekolah. Dimana sekolah kita berada? Apakah di tepi pantai? Apakah di perkebunan? Apakah ditengah-tengah perkotaan yang padat penduduknya? Setahun belakangan perubahan apa saja yang terjadi di sekitar sekolah? Apakah ada bangunan yang baru didirikan? Apakah ada hal-hal yang mengubah kehidupan guru dan murid di sekolah?
Keadaan sekolah dan sekitar kita memang berbeda-beda. Murid kita pun berbeda-beda. Bisa jadi pembelajaran yang paling berhasil juga tidak sama. Ada perbedaan lingkungan dan ekosistem sekolah. Perubahan juga terjadi di sekitar kita. Hal-hal itulah yang menjadi alasan mengapa kurikulum dari pemerintah pusat harus melalui proses adaptasi terlebih dahulu. Bentuk adaptasi kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan murid-murid di sekolah. Ini bisa diterjemahkan dalam kurikulum operasional satuan pendidikan. Agar memudahkan kita singkat saja KOSP.
Ibu dan bapak guru, Yuk kita simak cerita berikut:
Pak Heriyanto adalah kepala sekolah SDN Gunung 01. Sekolahnya terletak di tengah perkebunan kopi di kaki gunung. selama ini beliau belum memahami pentingnya beradaptasi kurikulum. Biasanya beliau dan rekan-rekan guru hanya mengajar sesuai dengan apa yang ada di buku teks. Suatu ketika Pak Heriyanto melihat rekan guru nya mengajar IPAS tentang ekosistem. Guru tersebut menggunakan contoh dalam buku teks untuk menjelaskan tentang ekosistem. Ia menggunakan hewan-hewan yang ada di laut melalui gambar-gambar dalam buku. Pak Heriyanto kemudian berpikir tentang letak sekolah di tengah perkebunan. Beliau mendengar suara jangkrik dan cuitan burung. Beliau juga ingat bahwa murid-muridnya sering melihat ular saat ikut orang tuanya di kebun. Beliau berpikir hewan-hewan tersebut digunakan untuk menjelaskan tentang ekosistem dengan lebih baik. Mengapa? Karena hewan-hewan tersebut bisa ditemui oleh murid-muridnya.
Lalu beberapa hal lain terlintas dalam pikiran Pak Heriyanto bagaimana jika para guru mengajar IPAS dengan menggunakan contoh hewan yang ada di sekitar sekolah? Murid-murid pasti lebih tetarik. Karena mereka akan lebih mudah membayangkan apa yang sedang dipelajari. Tujuannya tentu saja untuk membantu murid mendapat pembelajaran yang lebih bermakna. Kemudian Pak Heriyanto mencari materi yang pernah diberikan oleh salah seorang temannya. Materi tersebut membahas tentang bagaimana memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran. Beliau menyadari bahwa cara mengajar yang hanya bertumpu pada buku teks sangat tidak cukup. Bisa jadi hal tersebut membuat siswa kurang dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan kehidupan mereka. Beliau ingat tentang KTSP yang mengharuskan satuan pendidik untuk membuat kurikulum. Beliau Berpikir, wah jangan-jangan sudah saatnya kita mengembangkan kurikulum yang berbasis sekolah.
Pak Heriyanto kemudian mendiskusikan hal ini dengan teman-teman guru di sekolah. Beliau menyampaikan tentang gagasan untuk membangun kurikulum berbasis sekolah. Salah satu gurunya kemudian nyeletuk: “Iya Pak saya dengar-dengar sekarang sekolah itu harus membuat KOSP pak”. Setelah itu seluruh pemangku kepentingan SD 01 mulai membicarakan pengembangan KOSP. Bersama-sama mereka memahami secara utuh kerangka dasar kurikulum yang telah ditetapkan. Ada tujuan pendidikan nasional, profil pelajar Pancasila, struktur kurikulum, prinsip pembelajaran dan asesmen, dan capaian pembelajaran. Mereka juga mulai menganalisa kebutuhan murid-murid dan kondisi sekolah.
Pak Heriyanto mengintegrasikan visi sekolah ke dalam KOSP. Visi sekolahnya adalah melahirkan murid-murid yang cerdas, berakhak, bertanggung jawab dan peduli akan lingkungan. Pak Heriyanto semakin yakin seandainya pelajaran IPAS menggunakan pembelajaran yang telah disesuaikan pasti akan memberi pemahaman yang lebih bermakna bagi para murid. Misalnya dalam pembelajaran IPAS mengenai ekosistem; Pak Heriyanto dan rekan-rekan guru akan meminta para murid melakukan observasi langsung terhadap hewan yang ada di sekitarnya. Murid-murid juga akan diajarkan tentang bagaimana kaitannya kehidupan sehari-hari dengan kelangsungan ekosistem yang harus terus dijaga .
Nah Ibu dan bapak guru hebat. Apa yang dilakukan Pak Heriyanto dan rekan-rekan gurunya di sekolah adalah melakukan adaptasi kurikulum. Caranya adalah dengan merancang KOSP. Bisa jadi penerjemahan kurikulum tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis, tetapi juga faktor budaya, dan sosiologis. Kurikulum operasional untuk murid-murid di daerah pertanian berbeda dengan kurikulum operasional di daerah pariwisata. KOSP adalah dokumen hidup sehingga KOSP dapat disesuaikan dengan kebutuhan murid. Tentunya setelah proses refleksi sudah dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Ibu dan bapak guru ternyata dokumen kurikulum sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kita bisa turut mengembangkan dan menyesuaikan, demi mencapai tujuan pendidikan. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan murid-murid yang memiliki keunikannya masing-masing, keanekaragam latar belakang, dan kemampuan murid adalah tolak ukur adaptasi KOSP. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap saat murid akan berkembang sesuai dengan zamannya. Mari kita mulai dengan bersemangat untuk terus belajar salam dan bahagia ibu dan bapak guru.
Komentar
Posting Komentar